MENIKMATI secangkir kopi, bagi sebagian orang serupa candu teman beraktivitas. Tetapi efek samping kafein seringkali merisaukan para pecandu kopi. Lalu sebagian dari mereka beralih menikmati kopi bebas kafein atau yang sering dikenal dengan kopi decaf.
Dengan mengatasnamakan kesehatan, 53% orang mengalihkan kebiasaan minum kopi mereka ke kopi tanpa kafein ini. Lantas, benarkah kopi decaf mampu meminimalisir dampak buruk kafein bagi kesehatan?
Sebuah studi dari University of Florida menunjukkan, dari semua kopi decaf yang ada ternyata tetap mengandung kafein, walaupun kadarnya sedikit. Direktur Willliam R Maples Center for Forensic Medicine di Unversity of Florida, Bruce Goldberger PhD menjelaskan, meminum lebih dari lima cangkir kopi jenis ini dalam sehari sama saja dengan minum dua cangkir kopi berkafein tinggi.
Menurutnya,
hal ini sangat penting diperhatikan untuk orang yang memiliki penyakit pada hati atau anxiety disorders (gangguan pada kegelisahan). Bahkan, sebuah penelitian lain membuktikan bahwa kopi tanpa kafein justru lebih buruk bagi kesehatan daripada jenis kopi yang kaya kafein.
Dalam sebuah penelitian dari 187 orang oleh Pusat Jantung Fuqua di Atlanta, Georgia, para peneliti melihat kenaikan 18 persen lemak darah dan 8 persen kenaikan protein yang terkait dengan kolesterol LDL antara peminum kopi tanpa kafein dibandingkan dengan mereka yang minum berkafein kopi atau tidak sama sekali.
Menurut Dr Robert Superko, yang memimpin penelitian, kopi tanpa kafein yang kurang sehat karena terbuat dari tinggi rasa kacang yang mengandung minyak lebih karena proses dapat mengurangi rasa decaffeination. Hal ini dikarenakan produsen cenderung memilih kacang yang memiliki rasa yang lebih kuat.